Sejarah Informatika
Sebelum tahun 1999 sebenarnya secara parsial Departemen Pendidikan Nasional
telah banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan maupun menjalankan program yang
berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), utamanya untuk
sarana komunikasi antar institusi dan otomatisasi pendataan. Beberapa
diantaranya adalah pembuatan mailing list untuk komunikasi langsung antara
pusat dengan daerah, menggalakkan pembuatan web site bagi sekolah untuk
penyebaran informasi bagi sekolah tersebut serta penyusunan berbagai program
pendataan berbasis TIK.
Namun, untuk pengembangan infrastruktur secara nasional dan dalam jumlah besar
dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) pada
tahun 2000 dalam sebuah program yangdisebut dengan Jaringan Internet atau
Jarnet.
Latar belakang program ini adalah untuk mendukung pemercepatan internetisasi
sekolah-sekolah di Indonesia khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK.
Hal ini karena SMK mulai diwajibkan untuk memiliki alamat email dan juga
diminta untuk memiliki web site untuk sarana promosi sekolah masing-masing. Hal
ini ditandai dengan perkembangan mailing list Dikmenjur yang
pada awalnya hanya memiliki 2 orang anggota dan saat ini telah memiliki 5700
anggota dengan rata-rata komunikasi sebesar 600 email per-bulan.
Tujuan dari program ini adalah:
1.
Mempercepat pelaksanaan Internetisasi di SMK Negeri
dan Swasta.
2.
Meningkatkan komunitas antar SMK.
3.
Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang
dimiliki.
4.
Menyediakan sarana mendapatkan informasi terkini dan
media pembelajaran bagi warga sekolah dan masyarakat umum.
5.
Menyediakan media promosi sekolah dalam rangka
peningkatan minat/animo masyarakat terhadap SMK.
6.
Menjadikan jarnet bagian dari unit produksi agar
mengembangkan warnet di sekolah.
Dengan demikian bantuan Jarnet di sekolah selain untuk memperkenalkan
pemanfaatan teknologi informasi kepada segenap warga sekolah, juga untuk
memberi dorongan agar sekolah dapat meningkatkan kinerjanya dengan
mendayagunakan komputer yang ada, serta memperkenalkan Internet sebagai sarana
mencari informasi dan sarana komunikasi yang efektif dan efisien.
Bantuan Jarnet ini dimaksudkan agar digunakan untuk pengadaan peralatan dan
pelatihan pemasangan jaringan lokal (LAN) di sekolah.
Program pengembangan Jaringan Internet diperuntukkan bagi semua SMK Negeri/
Swasta di Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 2003 terdapat 744 SMK yang sudah
memiliki jaringan Internet melalui program Jarnet ini.
Jaringan Informasi Sekolah
Senyampang dengan mulai menjamurnya kebutuhan terhadap internet yang
diakibatkan oleh program Jarnet, maka kebutuhan infrastruktur dan sarana
komunikasi juga semakin meningkat. Khusus mengenai infrastruktur, sebagian
besar sekolah yang ada di kabupaten dan kota hanya memiliki komputer yang
memiliki spesifikasi yang amat rendah. Bahkan banyak yang tidak memiliki
harddisk.
Namun, karena minat yang amat tinggi, mereka juga berkeinginan untuk memiliki
jaringan yang terhubung dengan internet.
Pada tahun 2001, pengembangan program cloning sedang marak dimana-mana, yaitu
memanfaatkan 1 komputer yang memiliki kapasitas besar dan dibagi ke
komputer-komputer lainnya melalui sistem jaringan. Sehingga sekolah tidak
perlu membeli banyak komputer lagi, namun cukup membeli 1 komputer yang
berkapasitas besar. Namun, pengetahuan ini masih amat terbatas, karena
dibeberapa tempat menjadi sebuah lahan bisnis yang menggiurkan dan ditawarkan
dengan harga yang cukup tinggi.
Oleh Depdiknas, program ini kemudian dipelajari dan disebarluaskan ke seluruh
propinsi agar dapat diterapkan di sekolah-sekolah.
Disisi lain, perkembangan TIK yang cukup pesat membutuhkan SDM yang handal,
juga membutuhkan sarana komunikasi dan diskusi bagi penggiat TIK di satu
daerah, agar para guru yang memiliki hobi yang sama dapat berkumpul secara
teratur setiap bulan untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan di dalam
bidang TIK. Untuk berkumpul ini juga dibutuhkan sebuah lokasi yang
representatif, yang memiliki sarana dan prasarana dalam bidang TIK serta dapat
dijadikan sebuah sekretariat.
Dengan dasar inilah, Depdiknas pusat mencoba untuk memacu hal tersebut dengan
“memberikan kail” berupa bantuan untuk pelatihan awal dan merangsang
pembentukan sekretariat TIK di masing-masingkabupaten/kota.
Program inilah yang disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah atau disingkat
JIS.
Mengapa disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah ? Karena diharapkan fungsi
utama dari prgoram ini adalah untuk menjaring seluruh sekolah di dalam satu
wilayah agar saling berbagi informasi,khususnya dalam bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
Peserta JIS ini tidak terbatas kepada SMK saja, namun diikuti oleh seluruh SLTA
di daerah tersebut, SLTP dan beberapa SD. Syarat utama untuk ikut di dalam JIS
adalah memiliki minat terhadap TIK
Hasil yang diharapkan dari program ini adalah:
1.
Terbentuknya Jaringan Informasi Sekolah di
Kabupaten/Kota
2.
Terbentuknya Jaringan Lokal (Local Area Network) di
masing-masing sekolah yang menjadi peserta pelatihan
3.
Tersosialisasikannya informasi mengenai program
cloning PC, sehingga bagi sekolah yang memiliki komputer dengan spesifikasi
rendah, tetap dapat dimanfaatkan untuk aplikasi perkantoran atau untuk internet
Hingga tahun 2003, telah terbentuk 154 JIS di seluruh Indonesia. Ini merupakan
embrio pengembangan SDM untuk program TIK yang sejak program ini digulirkan
menjadi lebih cepat lagi pengembangannya
Wide Area Notwork (WAN)
Perkembangan kebutuhan akan TIK sejak bergulirnya program Jarnet dan JIS
semakin besar, utamanya kebutuhan terhadap koneksi internet yang digunakan
untuk mempercepat proses pengiriman data dan informasi dari daerah ke pusat
serta untuk proses pembelajaran.
Namun disisi lain, harga internet di Indonesia yang masih amat mahal menjadi
pemikiran utama dari sekolah-sekolah tersebut. Untuk bisa membiayai operasional
sehari-hari saja masih amat sulit, apalagi harus menyisihkan dana setiap bulan
untuk biaya internet.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dikembangkanlah program WAN Kota, yang
mencoba menghubungkan jaringan lokal di semua sekolah yang berada pada satu
wilayah dan kemudian memasang koeksi internet pada salah satu simpul di daerah
tersebut. Hal ini akan mengakibatkan biaya internet yang seharusnya hanya
diatnggung oleh satu sekolah menjadi tanggungan bersama. Ini akan meringankan
dan memudahkan sekolah-sekolah tersebut untuk turut serta menikmati koneksi
internet.
Secara umum, fungsi dan manfaat program WAN Kota adalah:
1.
wahana berbagi (sharing) sumber daya data, informasi,
dan program pendidikan;
2.
media komunikasi berbasis web atau multimedia antar
lembaga pendidikan yang dibangun, dikelola, dan dikembangkan secar mandiri,
kolektif, dan sistematis oleh semua lembaga pendidikan yang terlibat di dalam
jejaring tersebut;
3.
infrastruktur pemelajaran jarak jauh (e-learning) dan
pelayanan pemerintahan ;
4.
sumber informasi dan komunikasi antar sekolah (SLTP,
SMU dan SMK);
5.
pusat penyimpanan (server) modul pembelajaran;
6.
pusat pelatihan teknologi informasi dan komunikasi
bagi masyarakat sekitarnya;
7.
digital library (perpustakaan berbasis komputer) yang
dapat diakses semua sekolah di Kabupaten/Kota.
Secara umum, teknologi yang digunakan untuk program WAN Kota ini adalah
teknologi Wireless IEEE 801.11 a/b/g yang memanfaatkan frekwensi 2,4 Ghz.
Dengan penggunakan frekwensi yang free inilah, maka setiap sekolah hanya
bermodalkan satu set antena Grid Parabolic ataupun menggunakan antena kaleng
dan wajanbolic yang dirakit sendiri sudah dapat menikmati koneksi internet yag
murah.
Dengan program ini, maka bermunculan juga sentra-sentra perakitan perangkat 2,4
Ghz di beberapa tempat, sehingga menggerakkan indutri kecil di daerah tersebut.
Juga di beberapa lokasi, program ini disandingkan dengan RT/RW Net, sehingga
pengguna internet tidak terbatas pada sekolah saja, melainkan juga masyarakat
umum.
ICT Center
Program WAN Kota yang telah dikembangkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003
akhirnya dirasakan hanya menitikberatkan kepada aspek perangkat keras dan
jaringan saja, sedangkan pengembangan TIK tidak hanya terdiri atas kedua aspek
tersebut. Pengembangan SDM juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi
lokasi WAN Kota, sehingga mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas
dari WAN Kota menjadi sebuah institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di
daerah dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan pemikiran inilah, lahir sebuah program dan institusi dengan nama
Information and Communication Technology (ICT) Center yang berfungsi sebagai
Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
di Kabupaten/Kota.
Untuk mempersenjatai fungsi tersebut, maka ICT Center dibentuk dengan
infrastruktur yang melebihi WAN Kota, karena fungsu utamanya bukan hanya
sekedar menghubungkan LAN di da satu wilayah saja, melainkan meluas kepada
fungsi Capacity Bulding.
Perangkat yang diberikan kepada masing-masing ICT Center adalah satu set tower
dan perangkat server 2,4 Ghz untuk membagi koneksi internet yang dimiliki, satu
atau dua paket laboratorium komputer, dan perangkat pendukung jaringan lainnya,
seperti VoIP Phone, Router, Switch dan lain-lain. Khusus ICT Center tahun 2005
malah diberikan bantuan koneksi selama 6 bulan melalui VSAT dengan bandwidth
128 Kbps 1:1 dengan ISP Indosat M2.
Berbagai program pelatihan telah dilaksanakan oleh seluruh ICT Center ini, dan
sebagian berkolaborasi dengan pemerintah daerah maupun institusi lainnya. Di
beberapa tempat, ICT Center malah sudah menjadi sebuah kebutuhan daerah,
sehingga pemanfaatan perangkat yang dimiliki tidak hanya dari sekolah itu
sendiri namun sudah amat meluas hingga ke masyarakat umum.
Hingga tahun 2008 ini, total ICT Center di seluruh Indonesia adalah 430 Unit
Inherent
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga turut menggeliat di dalam
pengembangan TIK dan tidak kalah dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah. Sebenarnya, sejak tahun 90-an, sudah banyak perguruan tinggi yang
secara parsial maupun kelompok kecil telah mengembangkan infrastruktur TIK di
kampus masing-masing. Yang amat terkenal adalah ITB dengan berbagai risetnya
untuk bidang internet dan jaringan lokal.
Secara nasional, infrastruktur yang dibangun untuk menghubungkan seluruh
perguruan tinggi dibangun pada tahun 2006, dalam bentuk program Indonesian
Higher Education Network atau Inherent.
Program INHERENT menghubungkan 32 perguruan tinggi sebagaibackbone utama
dimana perguruan tinggi lainnya dapat terhubung ke PT backbone tersebut
apabila hendak terhubung dalam satu sistem jaringan.
Karena tujuan utama dari sistem ini adalah untuk riset dan pengembangan,
maka jalur data yang disiapkan cukup besar, bahkan mencapai 155 Mbps dengan
link yang terkecil mencapai 2 Mbps.
Jejaring Pendidikan Nasional
Program ICT Center dan WAN Kota yang dibangun hingga tahun 2006 telah berhasil
membangun jaringan lokal di dalam masing-masing kabupaten kota, serta telah
membentuk komunitas di dalam bidang TIK.
Selanjutnya, untuk menggabungkan seluruh ICT Center, WAN Kota dan Institusi
pendidikan lainnya di seluruh Indonesia, pada tahun 2006 dikembangkan program
Jejaring Pendidikan Nasional atau Jardiknas.
Untuk memudahkan pengelolaan, Jardiknas dibagi atas 4 zona, yaitu Zona Kantor
Dinas dan Institusi, Zona Perguruan Tinggi, Zona Sekolah, dan Zona Personal
Seluruh lokasi terhubung dengan teknologi MPLS dan dikelola oleh 3 NOC,
dimana seluruh NOC dihubungkan dengan link internasional dan IIX sebesar 200
Mbps.
Hingga akhir tahun 2007, telah terhubung 1.014 titik institusi dan 11.825
sekolah dengan Jardiknas.
SEA EduNet
Rencana pengembangan ke depan adalah mengintegrasikan jejaring yang telah
dibentuk di Indonesia dengan negara-negara tetangga, agar dapat dilaksanakan
sharing knowledge dengan lebih intensif. Hal ini bertujuan agar seluruh
institusi kita memiliki wawasan yang lebih mengglobal.
Salah satu teknologi yang saat ini sedang dijajaki oleh Depdiknas, utamanya
oleh institusi Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional
Open Distance Learning Centre (SEAMOLEC) adalah teknologi multicast, yang
menggunakan perangkat parabola untuk downstream dan teresterial untuk upstream.